Ayam petelur merupakan ayam betina dewasa yang dipelihara khusus untuk diambil telurnya. Ayam ras umumnya diternakkan dengan cara dikandangkan (hatchery)
menggunakan system yang intensif dalam skala besar.
A. Pemilihan bibit
1. Jenis-jenis Ayam
Ayam ras petelur yang akan dipelihara yaitu ayam petelur final
stock, yakni ayam betina petelur yang
menghasilkan telur konsumsi. Ada dua tipe ayam petelur, yaitu:
a) Tipe ayam petelur tingan
Ayam ini berasal dari galur murni white
leghorn. Ayam tipe ini menghasilkan telur yang berwarna putih dan berukuran kecil. Karakteristik ayam tipe ini, yaitu memiliki badan yang ramping,
bulu putih bersih, jengger merah, mudah kaget dan sensitive terhadap cuaca panas, yang dapat menyebabkan produksi telur menurun drastis.
b) Tipe ayam petelur medium
Ayam tipe ini menghasilkan telur berwarna cokelat. Karakteristik ayam ini, yaitu berbulu cokelat menghasilkan telur yang cukup banyak dan daging yang banyak.
2. Seleksi Bibit
Dalam pengadaan bibit untuk pembesaran, terdapat dua sumber bibit yang dapat digunakan peternak, yaitu membeli Day
Old Chicken (DOC) atau membeli pullet.
Ciri-ciri
DOC yang baik untuk digunakan sebagai bibit adalah:
·
Anak ayam terlihat aktif, lincah, mata terbuka lebar dan bebas penyakit.
·
Kakinya besar dan basah seperti berminyak.
·
Bulu cerah dan memenuhi seluruh permukaan tubuh (tidak rontok dan kusam).
·
Dubur terlihat bersih.
·
Berat sekitar 50 gram
(tergantung dari
strain ayam)
·
Nafsu makan dan minum terlihat normal.
Selain membeli DOC, sumber bibit lainnya adalah membeli pullet. Pullet adalah istilah untuk ayam yang siap bertelur (dara) berumur
10-16 minggu.
Seleksi DOC dilakukan setiap hari pada minggu pertama. Pisahkan anak ayam yang terlihat kecil, kaki kering,
tidak aktif,
dan fisik
abnormal. Perlakuan khusus (intensif) dapat diterapkan pada ayam yang memiliki ukuran tubuh kecil dengan cara memberikan vitamin dan pakan secara terus menerus. Untuk penanganan anak ayam yang kurang aktif karena sakit, dapat dikonsultasikan dengan veteriner atau dokter hewan dan ayam yang tidak normal
segera dimusnahkan
agar tidak membebani biaya pemeliharaan.
B. Perkandangan
1. Persyaratan Teknis Kandang
a) Lokasi kandang
Lokasi kandang yang ideal untuk ayam petelur berada pada ketinggian
400-1000 m dpl, dengan suhu lingkungan 21-280C, kelembaban 60-70%,
dekat dengan sumber air, serta jauh dari pemukiman penduduk.
Sebaiknya
kandang dibangun dengan sistem terbuka agar sirkulasi udara cukup memberikan
kesegaran di dalam kandang. Jika lokasi kandang di daerah beriklim panas,
sebaiknya menggunakan kandang tipe panggung.
b) Letak dan arah kandang
Letak kandang sebaiknya lebih tinggi dari lokasi di
sekitarnya, agar kandang terhindar dari genangan air pada musim hujan, serta memperlancar
sirkulasi udara dalam kandang.
Arah kandang dibuat membujur dari arah timur ke barat,
dengan posisi kandang menghadap ke timur yang membuat kandang mendapat sinar
matahari pagi yang membantu pembentukan vitamin D di dalam tubuh ayam.
c) Ukuran kandang
Ukuran kandang tergantung pada umur ayam dan jenis
kandang yang digunakan. Pada periode starter dan grower, kandang yang digunakan
berupa kandang koloni. Sementara itu, pada periode layer, kadang yang digunakan
adalah kandang baterai (individu). Satu kandang baterai berukuran 45 x 35 x 60
cm yang dapat dihuni 1-4 ekor ayam. Desain kandang berbentuk kotak dan disusun
memanjang. Kandang diletakkan dalam bangunan atau ruagan beratap.
d) Bahan penyusun kandang
Baik kandang koloni maupun kandang baterai, atapnya bisa
terbuat drai asbes, genting, rumbia, atau seng. Untuk negara tropis seperti
Indonesia, sebaiknya gunakan atap genting atau ijuk karena dapat menyerap panas.
Tiang kandang dapat dibuat dari bambu, kayu atau balok.
Lantai kandang koloni dengan sistem litter biasanya
terbuat dari semen yang dilapisi sekam padi setebal 5-8 cm. Dinding dibuat dari
kawat dan setengah bagian ditutup dengan pastik terpal. Sedangkan dinding dan
lantai kandang baterai terbuat dari kawat atau bambu. Alas kandang dibuat agak
miring ke depan agar telur dapat jatuh ke penampungan telur.
2. Jenis-jenis Kandang
a) Kandang anak ayam (starter)
Kandang ini digunakan untuk memelihara anak ayam berumur
0-5 minggu. Anak ayam dipelihara dalam kandang koloni dengan sistem postal dan
litter. Kepadatan kandang untuk ayam petelur ringan adalah 16 ekor/m2,
sedangkan untuk anak ayam petelur medium adalah 11 ekor/m2.
b) Kandang ayam remaja (grower)
Kandang grower digunakan untuk memelihara ayam berumur
5-10 minggu. Kandang ini sebenarnya sama dengan kandang starter, perbedaannya
hanya terletak pada kepadatan kandang. Pada kandang grower, kepadatan ternak
adalah 6-8 ekor/m2.
c) Kandang ayam produksi (Layer)
Kandang ini digunakan untuk memelihara ayam yang akan dan
sedang berproduksi, dengan jumlah ayam 1-3 ekor per kandang. Untuk satu ekor
ayam, kandang baterai bisa berukuran 40 x 40 x 25 cm.
3. Perlengkapan kandang
Perlengkapan kandang ayam, diantaranya tempat pakan,
tempat minum, tempat obat-obatan dan lampu atau alat penerangan.
C. Pakan dan Air Minum
1. Pakan
a) Pakan periode starter
Untuk pakan anak ayam, pilih pakan khusus anak ayam
periode starter yang berbentuk tepung halus. Jumlah pakan yang diberikan dibagi
menjadi empat bagian. Minggu pertama (umur 1-7 hari) ayam diberi pakan sebanyak
17 gram/ekor/hari, minggu kedua (umur 8-14 hari) diberikan sebanyak 43
gram/ekor/hari, minggu ketiga (umur 15-21 hari) diberikan sebanyak 66
gram/ekor/haridan minggu keempat (diatas 21 hari) diberikan sebanyak 100
gram/ekor/hari.
Pemberian grit (sejenis batuan) untuk mempermudah proses
pencernaan diberikan dalam jumlah yang relatif sedikit, yaitu 0,5-1 gram/ekor.
b) Pakan periode grower
Pakan masa grower, jumlah pakan dinaikkan sebanyak 5%
setiap minggunya. Frekuensi pakan diberikan sebanyak 2-3 kali sehari. Pemberian
grit tetap dilakukan sebanyak 1 gram/ekor/hari.
c) Pakan periode layer
Pada periode layer, pemberian pakan akan berpengaruh pada
tingkat produktivitas. Karena itu, perlu dilakukan penambahan pakan sebanyak
5-10% setiap minggunya.
2. Cara Pemberian Pakan
Pemberian pakan dilakukan sebanyak 2-3 kali/hari dengan
komposisi dan jumlah yang sama. Pada masa starter, pemberian pakan dilakukan
dalam jumlah sedikit, tapi dilakukan sesering mungkin.
3. Minum
a) Pemberian air pada masa starter dan grower
Untuk memulihkan kondisi fisik DOC dari perjalanan,
selama 2 jam pertama anak ayam yang baru datang diberikan minum larutan gula.
Air minum diberikan secukupnya. Antibiotik diberikan saat
ayam berumur 3-7 hari dengan dicampurkan ke dalam air minum. Tempat minum
diletakkan diatas litter saat ayam berumur 0-3 minggu, dan mulai digantung
ketika ayam berumur diatas 3 minggu.
b) Pemberian air pada masa pullet dan layer
Pada periode ini, air minum diberikan secara terus
menerus. Pada saat pemindahan pullet dari kandang koloni ke kandang baterai
sebaiknya diberikan air minum larutan gula dan vitamin C (150 liter air
dicampur 2 kg gula merah dan 20 gram vitamin C). Kemudian ayam diberikan
antibiotik (inoxyl dosis 5ml/100 ekor ayam).
D. Manajemen Pemeliharaan
1. Pemeliharaan periode starter
Pemeliharaan starter merupakan tahap pemeliharaan yang
kritis, dimana kandang dan peralatan harus higienis. Siapakan juga alat pemanas
(brooder) dan dinding pemanas (chick guard). Pakan diberikan setelah
DOC berada di dalam kandang selama 4 jam.
a) Pemotongan paruh
Pemotongan paruh biasa dilakukan pada saat ayam berumur 7
hari, dan paling lambat saat ayam berumur 12 minggu agar ayam tidak mengalami
stres. Pemotongan paruh minimal berjarak 2 mm dari lubang hidung. Setelah
pemotongan, ayam diberi vitamin yang mengandung menadlone sodium bisulfite
(sumber vitamin K) denga dosis 1 gram/2 liter air minum. Pemotongan paruh
bertujuan agar tidak terjadi kanibalisme pada ayam dan konversi pakan bisa
lebih baik.
2. Pemeliharaan periode grower
Pada periode ini ayam tumbuh dengan proporsional, dan
pada umur 15-16 minggu pertumbuhan mulai berkurang. Untuk itu, pada akhir
periode grower, lakukan pengafkiran pada ayam yang tidak memenuhi persyaratan
ayam petelur.
3. Pemeliharaan periode layer
Pada periode ini ayam mulai dipindahkan ke kandang
individu. Proses pemindahan sebaiknya dilakukan pada malam hari. Ayam tipe
petelur ringan akan bertelur pada umur 15-16 minggu, sedangkan ayam tipe medium
akan bertelur pada umur 22-24 minggu.
4. Masa rontok bulu (molting)
Molting adalah roses rontok bulu yang biasa dialami ayam
yang sudah melewati masa produksinya. Selama rontok bulu hingga tumbuhnya bulu
pengganti produksi telur akan menurun atau bahkan berhenti. Proses ini
merupakan parameter bagi peternak untuk mengafkir ayam petelur.
a)
Force molting
Force molting adalah perlakuan yang diberikan pada ayam
petelur agar ayam lebih awal mengalami masa rontok bulu. Perlakuan ini
dilakukan jika harga telur rendah atau terjadi kelangkaan bibit dara.
Penerapan force molting akan memperpanjang masa produksi
telur. Salah satu cara force molting adalah dengan memberi perlakuan dosis
pakan saat produksi telur mulai menurun, sekitar umur 74-80 minggu.
Pada har pertama, ayam diberi pakan normal. Pada hari
ke-2, 3 dan 4 ayam dipuasakan. Hari ke-5 hingga ke-49 ayam diberi pakan
sebanyak 54 gram/ekor/hari. Setelah hari ke-50, ayam diperi pakan secara
normal.
E. Problem
Kesehatan dan Solusinya
1.
Perawatan kesehatan
a)
Sanitasi kandang
Sanitasi dapat dilakukan dengan pembersihan kandang,
perlengkapan dan lingkungan secara rutin, 2-3 kali sehari. Litter atau alas
kandang berupa sekam atau jerami harus selalu kering dan tidak menggumpal.
b)
Vaksinasi
Vaksinasi merupakan salah satu cara pengendalian penyakit
menular dengan menciptakan kekebalan tubuh. Beberapa hal yang harus
diperhatikan ketika memberi vaksin, yaitu ayam yang akan divaksin harus dalam
keadaan sehat, dosis vaksin harus tepat, vaksin masih terkemas dengan baik dan
menggunakan alat yang steril.
Pemberian vaksin sebaiknya dilakukan pada pagi hari
sebelum matahari terbit atau malam hari setelah matahari terbenam, karena
vaksin bisa mati jika terkena sinar matahari.
F. Panen dan Pemasaran
1. Panen
a) Pengambilan dan penyimpanan telur
Waktu pengambilan telur sebaiknya tiga kali sehari (pagi,
siang dan sore hari). Hal ini dilakukan untuk mencegah telur rusak, retak,
pecah serta terkontaminasi alas kandang dan kotoran.
Telur yang telah diambil, disimpan pada egg tray, pada tempat yang bersih, tidak
berbau dengan suhu 15oC dan kelembaban 60%. Hasil tambahan dari
beternak ayam petelur ini adalah daging ayam yang telah afkir, serta kotoran
yang dapat dijual sebagai pupuk kandang.
b) Sortasi (grading)
Telur yang telah dipanen, perlu disortir agar telur bagus
tidak tercampur dengan telur abnormal. Telur bagus (normal) berbentuk oval,
bersih, kulit mulus dengan berat 57,6 gram dan volume 63 ml. Telur abnormal
biasanya berukuran terlalu kecil atau terlalu besar dan kulit yang retak.
2. Pemasaran
Jalur pemasaran untuk telur konsumsi sudah berkembang
pesat, baik dari sisi distribusi, pembayaran, maupun jalur pemasaran. Peternak
dapat menjual telur melalui pedagang pengumpul atau bisa langsung kepada
konsumen.
Pemasaran ayam petelur afkir sangat mudah jika
dibandingkan dengan pemasaran bebek atau puyuh afkir, karena masih tingginya
permintaan daging ayam dipasar.
G. Analisis
Usaha
1. Asumsi
Beberapa asumsi yang digunakan dalam analisis usaha ini,
diantaranya.
a) Periode pemeliharaan dilakukan selama 27 bulan. Rontok
bulu dalam 2 periode (4 bulan), sehingga lama produksi telur adalah 23 bulan.
b) Peternakan dimulai dengan membeli pullet siap peoduksi
(umur 5 bulan) sebanyak 1.000 ekor dengan harga Rp 40.000/ekor.
c) Pakan yang digunakan adalah pakan pabrik dengan kebutuhan
pakan rata-rata 115 gram/ekor/hari, dengan harga pakan rata-rata Rp 3.200/kg.
d) Tingkat kematian dan serangan penyakit ayam sebesar 7%
dari populasi.
e) Produktivitas ayam rata-rata 70% dan ayam bertelur
sebanyak 1 butir dalam satu hari.
f) Harga jual telur ayam konsumsi Rp 12.000/kg.
g) Setelah masa produktif berakhir (afkir), ayam dapat
dijual sebagai ayam pedaging dengan harga Rp 19.000/ekor.
h) Masa pakai kandang ayam dan perlengkapan adalah 10 tahun
(120 bulan).
i)
Sewa tanh dilakukan
selama 3 tahun.
j)
Semua komponen
analisis dibawah ini dihitung per bulan.
2. Biaya investasi
Kandang
dan perlengkapan ayam Rp
18.000.000,-
Sewa
tanah 600 m2 selama 3 tahun Rp 3.600.000,-
Beli
pullet 1.000 ekor x Rp 40.000 Rp
40.000.000,-
Total biaya investasi Rp
61.600.000,-
3. Biaya operasional per bulan
a) Biaya tetap
Penyusutan
pullet
1.000
ekor x (Rp40.000-Rp19.000) : 27 bulan Rp 777.778,-
Penyusutan kandang
Rp
18.000.000 : 120 bulan Rp 150.000,-
Penyusutan sewa lahan
Rp
3.600.000 : 36 bulan Rp 100.000,-
Total biaya tetap Rp
1.027.778,-
b)
Biaya variabel
Pakan
0,115
kg/hari x 1.000 ekor x 30 hari x Rp 3.200/kg Rp
11.040.000,-
Gaji 1 orang pegawai/bulan Rp 400.000,-
Obat-obatan dan vitamin Rp 60.000,-
Listrik dan air Rp 100.000,-
Total biaya variabel Rp
11.600.000,-
Total biaya operasional Rp
12.627.778,-
4. Penerimaan per bulan
Penjualan
telur ayam
70% x 93% x 1.000 ekor x 30 hari x
0,057 kg/butir x Rp 12.000/kg Rp 13.358.520.-
Penjualan
ayam afkir
930 ekor x Rp 19.000 : 23 bulan Rp 768.261,-
Total pendapatan Rp
14. 126.781,-
5. Keuntungan per bulan
Keuntungan =
total pendapatan – total biaya
=
Rp 14.126.781 – Rp 12.627.778
=
Rp 1.499.003
6. Revenue Cost Ratio (R/C ratio)
R/C
ratio = total pendapatan : total biaya
= Rp 14.126.781 : Rp
12.627.778
= 1,12