LAPORAN
PRAKTIKUM
Mata
Kuliah : Teknologi Produksi Ternak
Perah Dosen
: Iyep Komala S.Pt
Praktikum
ke : 1 (Satu)
Hari/Tanggal : Rabu, 13 Maret 2013
Tempat : Laboratorium Perah
Uji
Keadaan Susu
Kelompok 7
Dyana Dahlya /
D14125015
![]() |
DEPARTEMEN ILMU
PRODUKSI DAN TEKNOLOGI PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
INSTITUT PERTANIAN
BOGOR
2013
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Protein
hewani merupakan zat makanan yang sangat diperlukan untuk pertumbuhan tubuh dan
kesehatan manusia. Untuk memenuhi kebutuhan protein hewani, salah satu bahan
pangan asal ternak yang dapat digunakan adalah susu. Susu merupakan bahan makanan
yang istimewa bagi manusia karena kelezatan dan komposisinya yang ideal selain
itu susu mengandung semua zat yang dibutuhkan oleh tubuh, semua zat makanan
yang terkandung didalam susu mudah dicerna dan dimanfaatkan oleh tubuh (Ressang
dan Nasution, 1982).
Susu murni adalah susu
yang diperoleh dari hasil pemerahan dan belum mendapat perlakuan, dan susu
murni yang belum mengalami proses pemanasan disebut susu segar (Dirkeswan,
1983). Secara kimiawi susu normal mempunyai susunan sebagai berikut: air
(87,20%), lemak (3,70%), protein (3,50%), laktosa (4,90%), dan mineral (0,07%)
(Sumudhita, 1989).
Susu merupakan media
cair yang mempunyai komposisi sangat lengkap, sehingga tidak dapat bertahan
lama dalam waktu lama bila disimpan pada suhu kamar. Susu yang disimpan pada
suhu kamar akan mudah rusak jika tidak mendapat perlakuan seperti pasteurisasi,
pendinginan/pembekuan, dan pemanasan (Ressang dan Nasution, 1982).
Saat masih berada di
dalam kelenjar susu, susu dinyatakan steril.
Namun, apabila sudah terkena udara, susu sudah tidak bisa dijamin
kesterilannya. Adapun syarat susu yang baik meliputi banyak faktor, seperti
warna, rasa, bau, berat jenis,
kekentalan, titik beku,
titik didih, dan tingkat keasaman.
Tujuan
Tujuan
praktikum ini adalah untuk mengetahui mekanisme uji keadaan dan kualitas susu
segar yang baik dan aman untuk di konsumsi.
MATERI
DAN METODA
Materi
Sampel
yang digunakan pada praktikum ini adalah susu sapi yang berasal dari kandang
perah, fakultas peternakan IPB. Sampel diambil sebanyak ± 300 ml dalam keadaan
segar. Pengujian terhadap keadaan susu meliputi uji warna, uji bau, uji rasa,
uji masak, uji penyaringan, uji alkohol, uji derajat keasaman, uji reduktase
dan uji katalase.
Adapun
alat dan bahan yang digunakan pada praktikum uji keadaan susu ini adalah kertas
saring, tabung katalase, tabung reduktase, tabung reaksi, pipet mohr, corong
gelas, gelas ukur, buret, rak tabung reaksi, lampu spritus, penjepit, gelas
piala inkubator, phenolphthalein, alkohol
70%, NaOH 0,25 N, Blue methylene, dan H2O2.
Metoda
1.
Uji
Reduktase
Tabung reduktase yang telah steril, diambil dan
diisi larutan blue methylene sebanyak 0,5 ml menggunakan pipet steril 0,5 ml.
susu (sampel) yang akan diperiksa, dihomogenkan terlebih dahulu, dan dimasukkan
ke dalam tabung reduktase sebanyak 20 ml menggunakan pipet steril 20 ml. Tabung
reduktase disumbat dengan sumbat karet, dan dibolak-balik sampai warna biru
merata. Tabung reduktase disimpan dalam inkubator dengan suhu 370C. Tiap
setengah jam, tabung diperiksa sampai semua warna biru hilang.
2.
Uji
Katalase
Tabung katalase yang telah disterilkan
diisi sampel susu 10 ml, ditambah 5 ml larutan H2O2 0,5%
dengan pipet steril. Tabung dibolak-balik, diusahakan campuran H2O2
dan susu memenuhi ujung tabung katalase yang berskala, jangan sampai ada
terdapat gelembung udara di puncak tabung. Tabung disumbat denga kapas steril,
kemudian disimpan dalam inkubator 370C selama 3 jam. Setelah 3 jam,
diamati banyaknya O2 yang terbentuk di pencak tabung
3.
Uji
Penyaringan
Sampel susu disaring menggunakan kertas saring,
kemudian diamati apakah ada kotoran, gumpalan, bulu atau lainnya yang
tertinggal di kertas saring.
4.
Uji
Warna
Sampel susu diamati warnanya, apakah normal atau
tidak.
5.
Uji
Masak
Susu diambil sebanyak 10 ml dan dimasukkan ke dalam
tabung reaksi. Sampel tersebut dipanaskan sampai mendidih, kemudian diamati
apakah ada gumpalan/butiran susu yang terbentuk.
6.
Uji
Bau
Setelah dilakukan uji masak, dilanjutkan dengan uji
bau. Aroma yang terbentuk setelah uji masak dicium, apakah baunya normal atau
tidak.
7.
Uji
Rasa
Setelah uji masak dan uji bau, dapat dilanjutkan
dengan uji rasa. Susu tersebut dirasakan, apakah rasanya norma (manis) atau
tidak.
8.
Uji
Alkohol
Sampel susu diambil sebanyak 5 ml dan dimasukkan
kedalam tabung reaksi. Alkohol 70% ditambahkan pada sampel sebanyak 5 ml, dan
dikocok pelan-pelan. Diamati apakah ada gumapalan/butiran susu yang terbentuk.
9.
Uji
Derajat Keasaman
Sampel susu dimasukkan ke dalam 2 gelas piala
steril, masing-masing 10 ml. kemudian ditambahkan 2-3 tetes larutan
phenolphthelain (PP). Kedalam salah satu gelas piala, diteteskan larutan NaOH
0,25 N menggunakan biuret sampai terbentuk warna merah muda. Larutan NaOH 0,25
N yang terpakai diamati.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Hasil
Pada
praktikum uji keadaan yang dilakukan terhadap sampel susu, dapat diketahui
kualitas dari susu tersebut, apakah baik atau tidak untuk dikonsumsi. Hasilnya sebagai
berikut.
Tabel1. Hasil uji keadaan susu
|
Parameter
|
Hasil
|
|
Uji
Reduktase
|
0,3 ml
|
|
Uji Katalase
|
0,25 ml (gelembung)
|
|
Uji
Penyaringan
|
Bersih
|
|
Uji
Warna
|
Putih Susu (normal)
|
|
Uji
Masak
|
Negatif
|
|
Uji Bau
|
Bau Susu (normal)
|
|
Uji
Rasa
|
Rasa Khas Susu, Manis (normal)
|
|
Uji
Alkohol
|
Negatif
|
|
Uji
Derajat Keasaman
|
7 (Netral)
|
Pembahasan
Adapun ciri-ciri susu
yang baik untuk dikonsumsi adalah warna putih susu dan kental, cairannya
konstan dan tidak menggumpal, aroma khas susu, tidak bau asam, tengik atau bau
amis, berat jenis lebih tinggi dari air ( diatas 1,0 ), kalau dituang dari
gelas masih menempel di dinding gelas, kalau dimasak akan terbentuk lapisan
busa lemak ( foam ), bebas dari kotoran fisik seperti darah, debu, bulu
serangga dan lain-lain.
1) Uji Reduktase
Uji reduktase dilakukan untuk mengetahui adanya
enzim reduktase yang dihasilkan oleh mikroba, enzim ini mampu menetralkan warna
metylen blue menjadi larutan tidak berwarna. Pada pemeriksaan susu segar yang
telah di inkubator selama 1,5 jam, telah terjadi perubahan warna dari biru ke
putih sebanyak 0,3 ml. Enzim reduktase ini dibentuk oleh kuman-kuman, enzim ini
mereduksi warna metylen blue. Jumlah bakteri menentukan angka reduktase,
semakin cepat waktu reduktase, maka semakin banyak jumlah bakteri dan semakin
lama waktu reduktase maka jumlah bakteri dalam susu semakin sedikit.
2) Uji Katalase
Katalase adalah enzim yang ditemukan pada berbagai
makan salah satunya terdapat dalam susu. Aktivitas katalase akan meningkat
dengan semakin tingginya populasi bakteri, oleh karena itu pengukuran katalase
dapat digunakan untuk menduga jumlah bakteri dalam suatu makanan. Pada
pemeriksaan sampel susu terbentuk gas O2 pada ujung tabung katalase
dengan angka yang terbaca 0,25 ml. Uji ini dilakukan untuk mengetahui tingkatan
jumlah mikroba dalam susu. Jika dalam sampel susu banyak mengandung mikroba,
maka susu akan membebaskan enzim katalase. Enzim katalase ini dibentuk oleh
sel-sel polimorf, mikroba, reruntuhan seimbang dan zat-zat organik yang
terdapat dalam susu. Enzim katalase ini akan membebaskan O2 dan
larutan H2O2. O2 yang dibebaskan menuju
permukaan atas tabung katalase, begitu juga H2O2 yang
dibebaskan akan terurai menjadi H2O dan O2. Volume O2
yang bertambah tinggi menunjukkan kadar kuman dalam susu yang tinggi. Kualitas
susu erat hubungannya dengan jumlah kuman, semakin tinggi jumlah kuman, maka
kualitas susu tersebut semakin jelek sehingga tidak layak untuk dikonsumsi dan
perusahaan sapi perah akan rugi.
3) Uji Penyaringan
Pada Uji Kebersihan, susu tampak bersih dan putih,
tidak ada kotoran dan benda-benda asing yang terlihat dalam air susu. Hal ini
menunjukkan bahwa dalam penanganannya, susu tersebut bebas dari kontaminasi
debu, kotoran, alat/perkakas dalam keadaan steril dan pekerja yang higienis.
Kebersihan susu juga sangat tergantung pada kondisi kandang sapi perah juga
kebersihan sapi sebelum pemerahan dilakukan.
4) Uji Warna
Pada uji warna, sampel susu segar
tersebut berwarna putih susu (putih kekuningan). Warna putih pada susu, serta penampakannya
adalah akibat dari penyebaran butiran-butiran koloid lemak, kalsium kaseinat
dan kalsium fosfat, dan bahan utama yang memberikan warna kekuning-kuningan
pada susu adalah karoten dan riboflavin. Dalam susu, kasein merupakan dispersi koloid yang
tidak tembus cahaya sehingga membentuk warna putih. Warna susu yang agak
kekuningan disebabkan oleh zat-zat terlarut dalam lemak disamping zat-zat yang
terlarut dalam air yang terdapat dalam susu. Warna putih dari susu merupakan
hasil dispersi dari refleksi cahaya oleh globula lemak dan partikel kolodial
dari casein dan calsium phosphat. Warna kuning adalah karena lemak dan caroten
yang dapat larut. Bila lemak diambil dari susu maka susu akan menunjukkan warna
kebiruan (Buda, 1980)
5) Uji Masak
Susu segar yang berkualitas baik
tidak akan pecah (menggumpal) bila dipanaskan/dididihkan pada waktu tertentu.
Sebaliknya, susu yang bermutu jelek akan mengalami penggumpalan bila
dipanaskan. Dari uji masak yang dilakukan, hasilnya negatif (tidak terdapat
gumpalan-gumpalan susu). Terjadinya penggumpalan diakibatkan oleh adanya asam
yang dihasilkan oleh mikroba dari peruraian laktosa. Asam tersebut
mengakibatkan protein susu mudah mengalami denaturasi dan penggumpalan bila dilakukan
pemanasan. Jadi, susu yang telah banyak ditumbuhi mikroba akan menjadi asam dan
mudah pecah bila dipanaskan.
Hal yang paling utama menyebabkan bahwa susu yang
ujinya positif pada uji didih adalah karena derajat asamnya tinggi. Kemungkinan
lain yang dapat menyebabkan pecahnya susu pada uji didih adalah karena susu
yang memang sudah pecah, mengandung kolostrum, sedang dalam masa kering kandang
(tidak berlaktasi), dan penyakit mastitis (Saleh, 2004).
6) Uji Bau
Susu ialah bahan pangan yang sangat mudah menyerap
bau dari sekitarnya, terkadang susu tersebut mempunyai bau-bau tertentu seperti
bau hewan asal susu perah, makanan, obat-obatan dan lingkungan sekitarnya. Dari
Uji Bau, susu yang diperiksa memiliki bau yang normal (bau khas susu), hal ini
disebabkan adanya perombakan protein menjadi asam-asam amino. Bau susu akan
lebih nyata jika susu dibiarkan beberapa jam terutama pada suhu kamar.
Kandungan laktosa yang tinggi dan kandungan klorida rendah diduga menyebabkan
susu berbau seperti garam. Pakan yang diberikan pada sapi juga dapat mempengaruhi
bau susu.
Susu segar yang normal
mempunyai bau yang khas terutama karena adanya asam-asam lemak. Bau tersebut
dapat mengalami perubahan, misalnya menjadi asam karena adanya pertumbuhan
mikroba didalam susu, atau bau lain yang menyimpang akibat terserapnya senyawa
bau dari sekeliling oleh lemak susu. Bau pakan dan kotoran yang ada didekat
wadah susu juga akan mudah mempengaruhi bau susu tersebut.
7) Uji Rasa
Pada Uji Rasa, sampel susu segar memiliki rasa yang agak
manis. Biasanya rasa air susu bervariasi seperti hambar, sedikit manis, manis,
asam, asin ataupun pahit. Perubahan warna, bau dan rasa yang terjadi pada susu
disebabkan oleh mikroba yang mencemari air susu, baik yang terkontaminasi pada
saat penanganan susu (dari pemerahan sampai pengemasan) maupun susu yang
berasal dari ternak yang tidak sehat.
Rasa manis yang terdapat dalam susu karena adanya
laktosa. Namun jika terlalu manis kemungkinan telah terjadi penambahan dengan
glukosa dengan glukosa lain. Rasa asam ataupun pahit pada air susu dapat
dicurigai telah terkontaminasi oleh bakteri atau kuman-kuman lainnya, sedangkan
rasa asin yang muncul dikarenakan pengaruh beberapa garam mineral seperti garam
klorida dan sitrat.
8) Uji Alkohol
Pada
pemeriksaan sample susu diperoleh hasil susu tidak pecah/tidak terdapat butiran
(negatif). Uji alkohol ini dilakukan untuk melihat kestabilan sifat koloid
protein susu terutama kasein. Kestabilan sifat koloid susu tergantung pada
selubung air yang meliputi butiran-butiran protein terutama kasein yang
merupakan 80% dari protein susu. Penambahan alkohol yang tinggi ke dalam susu
menyebabkan susu pecah, karena alkohol memliki daya hidrasi dan berkoagulasi
dengan kasein, sehingga susu pecah.
Uji alkohol positif ditandai dengan adanya butiran
susu yang melekat pada dinding tabung reaksi, sedangkan tidak terdapatnya
butiran menandakan uji alkohol negatif (Suardana dan Swacita, 2004).
9) Uji Derajat Keasaman
Pengujian
keasaman susu perlu dilakukan untuk mengetahui derajat keasaman susu. Semakin
tinggi derajat keasaman susu maka akan semakin buru kualitas susu segar. Derajat
keasaman menunjukkan banyak sedikitnya asam yang terbentuk didalam
susu akibat pertumbuhan mikroba.
Derajat keasaman di hitung dengan berapa banyak jumlah NaOH yang diperlukan
untuk titrasi. Pada titrasi digunakan larutan pp 1% sebagai indikator.
Larutan ini tidak berwarna didalam
suasana asam dan berwarna merah muda (pink) didalam suasana alkali.
Setelah
dilakukan pengujian, didapat PH susu 7, artinya susu tersebut aman untuk dikonsumsi
oleh manusia. Hal ini karena susu yang mempunyai kualitas yang baik mempunyai
kisaran PH antara 6 – 7 yang mempunyai sifat netral.
SIMPULAN
Susu merupakan hasil
ternak selain telur dan daging yang mempunyai
komposisi sangat lengkap, sehingga tidak dapat bertahan dalam waktu lama bila
disimpan pada suhu kamar. Susu yang disimpan pada suhu kamar akan mudah rusak
jika tidak mendapat perlakuan seperti pasteurisasi, pendinginan/pembekuan, dan
pemanasan.
Saat masih berada di
dalam kelenjar susu, susu dinyatakan steril.
Namun, apabila sudah terkena udara, susu sudah tidak bisa dijamin
kesterilannya. Susu segar yang baik kualitasnya adalah susu yang memiliki rasa,
bau dan warna khas susu. Selain itu, susu juga harus sedikit mengandung mikroba
(kalau bisa tidak ada). Semakin banyak mikroba (bakteri) yang terkandung dalam
susu akan menurunkan kualitas susu tersebut.
Untuk menghindari hal
itu, lingkungan kandang, sapi serta peralatan pemerahan harus dijaga
kebersihannya, agar bakteri tidak mengkontaminasi produk susu yang dihasilkan.
DAFTAR
PUSTAKA
Buda,
I.K., B. Arka., I.K. Sulandra., G.P. Jamasuta., I.K. Arwana. 1980. Susu dan
Hasil Pengolahannya. Bagian Teknologi Hasil Ternak. Fakultas Kedokteran Hewan
dan Peternakan. Universitas Udayana. Denpasar.
Ressang, A.A., A.M. Nasution.
(1982). Pedoman Mata Pelajaran Ilmu Kesehatan Susu (Milk Hygiene). Edisi
2. Fakultas Kedokteran Hewan, IPB. Bogor.
Saleh, E.
(2004). Dasar Pengolahan Susu dan Hasil Ikutan Ternak. Program Studi Produksi
Ternak. Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara.
Sumudhita, M.W. (1989). Air Susu
dan Penanganannya. Program Studi Ilmu Produksi Ternak Perah. Fakultas
Peternakan Universitas Udayana, Denpasar. Hal; 1-45.
Suardana, I.W.
dan I.B.N. Swacita. (2004). Food Hygiene. Petunjuk Laboratorium. Fakultas
Kedokteran Hewan Universitas Udayana, Denpasar.
